Rabu, 18 juni 2008 saya berangkat ke Polsek Kemayoran, Jakarta Pusat di dekat rumah saya, bermaksud melakukan perpanjangan SIM A dan SIM C saya yang habis pada tanggal 25 Juni nanti (wah ketauan dong ulang taun gw…hehehe)
Berangkat dari rumah jam delapan pagi, berharap mendapat antrian awal-awal dengan harapan bisa ke kantor tidak terlalu siang. Sesampainya di Polsek, jam delapan lewat limabelas menit, sudah ada sekitar 4 orang yang sepertinya juga akan memperpanjang SIM tapi….setelah melihat ke loket saya jadi agak curiga karena loket pendaftaran perpanjangan SIM masih dalam keadaan tutup. “Mati lampu pak!” ucap seorang bapak kepada saya, sepertinya bapak itu pegawai yang bekerja di loket tersebut. “Baru aja mati lampu tadi jam delapan, biasanya sih ga lama pak” tambah bapak tersebut. Saya pun memutuskan untuk menunggu lampu menyala bersama yang lainnya.
Kemudian datang seorang Polisi bernama Sudibyo yang menawarkan agar pergi ke Polsek Jakarta Utara di jalan Gorontalo, Tanjung Priok….wuiiih jauh dan juga tanggung piker saya, karena saya sudah lumayan menunggu lama disitu, jam sembilan lewat limabelas, listrik belum juga menyala…Polsek tidak punya genset pak? Tanya saya ke Pak Dibyo…dijawab, “mana ada dananya pak?” waktu itu dikirim hanya perangkat komputer dan servernya saja….
heran, kok bisa kantor Polsek yang juga merupakan lembaga pelayanan masyarakat tidak punya Genset agar pelayanan ke masyarakat dapat tetap berjalan walaupun listrik padam.
Saya menelpon sana sini untuk menanyakan lokasi Samsat keliling, dan didapat informasi kalo mobil Samsat keliling yang terdekat ada di Megamall Pluit…heemmmm lebih jauh lagi…trus saya teringat satu berita yang memberitakan bahwa Samsat membuka gerai samsat dan SIM di salah satu mall di Jakarta, namun saya lupa dimana? Akhirnya saya telpon 108 dan menanyakan, lokasi gerai samsat dan SIM tersebut, agak bingung juga si operator ditanya dimana lokasi gerai samsat dan SIM yang ada di Mall di Jakarta…hehehe, mungkin dia search dengan keyword gerai samsat dan SIM, akhirnya didapat informasi bahwa gerai samsat dan SIM ada di Mall Artha Gading…wah, alhamdulillah, lokasinya dekat nich, pikir saya, saya pun meminta nomor telponnya dan didapatlah nomor telponnya kemudian saya menelpon dan menanyakan jam bukanya, didapat info bahwa operasional gerai samsat dan SIM baru dibuka jam sepuluh sesuai operasional Mall, kemudian saya pun memutuskan untuk segera berangkat ke Mall Artha Gading, saat itu waktu sudah menunjukkan jam sepuluh kurang sepuluh menit, perkiraan saya cukup untuk sampai di MAG pas jam buka Mall. Saya pun segera bergegas dengan menaiki Yamaha Mio Soul kesayangan saya…(hehehe iklan Yamaha nich…)
Benar saja, saya tiba pukul sepuluh lebih limabelas menit, kemudian saya parkirkan Soul saya di lokasi parkir motor yang luas namun terbuka (outdoor), panas sangat menyengat saat itu dan badan berkeringat,…pikir saya, wah ganteng lagi nih gue, apalagi kan perpanjang SIM harus difoto lagi…
Lalu saya bertanya ke security di lantai berapa Gerai Samsat, didapat jawaban ada di lantai 1 seberangnya Ace Hardware…kemudian saya pun bergegas…dan akhirnya saya tiba di lokasi, kaget juga sich…ternyata orangnya sangat banyak dan antriannya juga cukup panjang, sementara counter-counter lainnya masih tutup, counter Gerai Samsat ini sudah dikerubungi orang-orang, terlihat beberapa orang sedang mengisi formulir di luar counter gerai dikarenakan counter yang tidak terlalu luas…saya pun masuk ke counter yang pertama dimana terdapat ATM Bank DKI…saya pun bertanya ke salah satu orang yang sedang mengantri, pak kalo untuk perpanjang SIM disini juga? Lalu saya dapat jawaban, oh, bukan pak (sempet kaget, yah masalah lagi nich…) trus orang itu meneruskan jawabannya, di sebelah pak, toko sebelah hehehe toko? Maksudnya counter kali yaah….saya pun keluar lagi dari ruangan tersebut dan masuk ke ruangan sebelahnya…ternyata disini lebih nyaman, hanya ada lima orang yang sedang menunggu SIM nya jadi, saya pun masuk dan ke bagian pendaftaran, saya diberikan dua buah formulir pendaftaran perpanjangan SIM A dan SIM C kemudian saya dipersilahkan menunggu nama saya dipanggil untuk difoto, sidik jari dan tanda tangan….
Nah disini saya menunggu nama saya dipanggil lama juga yaa…., bayangin mulai dari saya mengisi formulir jam sepuluh lewat tigapuluh menit sampai nama saya dipanggil pada jam setengah duabelas siang…huuuuh satu jam!!
Tanya sana sini, kenapa bisa lama…akhirnya dapat jawaban dari petugas yang melakukan pengambilan foto, sidik jari dan tanda tangan, ternyata system komputernya mengalami gangguan, proses pengambilan foto, sidik jari dan tanda tangan sebenarnya sudah modern dimana menggunakan kamera digital, fingerprint dan signature machine yang sudah terintegrasi jadi satu….tapi…..yaahhhh….namanya trouble….capeee deeeeh….. proses untuk pembuatan dua buah SIM yang seharusnya cukup dengan sekali sidik jari dan foto, namun harus dua kali processing, artinya saya difoto dua kali dan sidik jari dua kali, hanya proses tanda tangan saja yang tidak bermasalah ….dan ternyata lima orang lainnya sebelum saya juga mengurus untuk perpanjangan dua SIM juga….iihhh…pantes aja lama bener nunggunya….
Tapi walaupun lama namun saya cukup merasa nyaman menunggu karena ruangan yang dingin ber-AC serta pemandangan di luar counter yang cukup menyejukkan mata manakala SPG-SPG mall mulai berdatangan hehehehe....lagi asyik memperhatikan salah satu pengunjung yang baru datang untuk ngurus SIM juga …nama saya dipanggil bahwa SIM saya sudah jadi, dan saya pun beranjak ke bagian pembayaran lalu petugas disitu menyebutkan nominal dua ratus ribu rupiah untuk dua SIM…saya pun membayar dan pas saya tanya, ada kwitansinya ngga pak? Hehehe…petugas tersebut sambil tersenyum, “yaa…ngga ada pak”…ya sudahlah…akhirnya saya menerima dua buah SIM A dan SIM C serta kartu asuransi yang sudah di-laminating…setelah saya cek semua dan data-datanya benar akhirnya saya pun beranjak keluar counter gerai samsat dan menuju parkiran untuk segera berangkat ke kantor…..jam satu siang saya tiba di kantor saya di kawasan Simatupang, Jakarta Selatan…alhamdulillah urusan saya selesai…namun masih ada lagi urusan lainnya yaitu perpanjangan STNK motor saya yang lain, Yamaha Jupiter (lagi-lagi Yamaha…) yang sudah habis lima tahun, harus cek fisik di Samsat pula…. hemmm kali ini rencananya, saya percayakan pengurusan perpanjangan Jupiter saya dengan biro jasa yang sudah bekerjasama dengan kantor saya….supaya saya juga tidak capek-capek….hehehehe….
Thursday, June 19, 2008
Saturday, June 14, 2008
Nelayan menjala ikan...
Minggu 1 juni 2008 saya dan empat rekan sekantor masih berada di Padang, sumatra barat. Kali ini kami tidak kemana-mana, selesai sarapan pagi yang memang sudah agak siang sekitar jam setengah sepuluh, kami berjalan-jalan ke bagian belakang hotel tempat kami menginap, Hotel Pangeran Beach.
Di belakang hotel kami terbentang luas pantai Padang, setelah puas berjalan-jalan di pantai dari kejauhan kami melihat sekumpulan nelayan setempat yang sedang menjala ikan di laut. Kami pun bersepakat untuk mengamati dari dekat karena kami melihat ada suatu metode yang berbeda dari yang dilakukan para nelayan tersebut. Nelayan-nelayan itu tidak menaiki perahu dan menebar jala ikannya namun mereka cukup berada di tepi pantai dan melepas jala ikannya dari tepi pantai. Jala dibiarkan diulur dan dengan sendirinya jala terbawa arus laut hingga ke tengah laut. Tampak satu perahu saja yang ada di laut dengan dua orang diatasnya yang sepertinya bertugas untuk mencari kira-kira dimana banyak ikan dan biota laut lainnya.
Jala ikan pun digelar dengan membentuk lingkaran berbentuk kantung dimana pada bagian bawahnya diberikan pemberat agar dapat tenggelam di air laut dan dibagian atasnya diberikan semacam pelampung agar bagian atas jala tersebut dapat terus mengapung sehingga jala tersebut akan dengan sendirinya terbuka di bawah laut dan ikan-ikan serta biota lautnya pun akan memasuki jala tersebut.
Tali jala dipegang oleh lima orang nelayan yang bertugas memegang sekaligus menahan jala tersebut agar jala tidak hanyut ke laut. Dari info yang kami dapatkan, para nelayan tersebut sudah menggelar jalanya sejak jam tujuh pagi. Cukup lama kami menunggu kapan jala tersebut akan mulai ditarik ke tepi pantai. Kami pun menunggu sambil foto-foto dengan mengabadikan obyek-obyek yang ada di tepi pantai.
Tak terasa setelah kami foto-foto, waktu sudah menunjukkan pukul satu siang dan terlihat mulai ada pergerakan dari nelayan-nelayan tersebut. Tampak lima orang nelayan tersebut mengambil posisi seperti satu regu tarik tambang dalam perlombaan tarik tambang. Mereka menarik tali jala ikan tersebut dan secara bergantian posisi nelayan yang ada paling belakang berganti ke posisi paling depan untuk menarik jala, terus begitu sampai dengan sore kira-kira waktu sudah menunjukkan jam empat sore. Lama juga yah nunggunya...
Kantung jala ikan pun akhirnya mulai terlihat ke permukaan laut, tampak seperti benda besar yang diangkat dari bawah permukaan laut, kami pun berusaha untuk lebih dekat melihat apa yang ada didalam kantung jala tersebut. Perlahan demi perlahan akhirnya mulai tampak apa yang ada di dalam kantung jala tersebut...sebuah keprihatinan yang mendalam....dari dalam jala tersebut sangat banyak sampah darat yang tidak bisa diuraikan dan pastinya dibuang oleh manusia yang tidak mengerti atau pura-pura tidak mengerti, masa bodoh, bayangkan dari laut yang membentang luas itu bisa ada sampah-sampah seperti....mmm....dari mulai kemasan makanan ringan sampai dengan, maaf, bungkus pembalut wanita ada di dalam kantung jala tersebut...heemmmm...
Kami mengamati jenis ikan dan biota laut apa saja yang berhasil ditangkap nelayan-nelayan tersebut...beberapa jenis ikan masuk ke jala tersebut, dari hasil pengamatan kami yang paling banyak masuk ke jala adalah ikan tenggiri...nelayan-nelayan tersebut dan warga sekitar pun merapat dan mengelilingi jala tersebut dan setelah dijemur beberapa saat akhirnya jala tersebut dibuka dan dipilah nelayan dan rekan-rekannya, terlihat beberapa rekan dari nelayan tersebut yang membawa baskom untuk menempatkan ikan-ikan tersebut setelah dikeluarkan dari jala. dari tanya-tanya yang kita lakukan ke nelayan tersebut, ternyata ikan-ikan tersebut dipilah-pilah mana ikan yang bisa dijual atau laku di pasaran dan mana ikan yang tidak bisa dijual, oh ya ada juga juga biota laut lainnya dan cukup banyak masuk jala yakni ubur-ubur...dan yang jelas setahu saya ubur-ubur ngga bakal laku dijual, hehehe...
Akhirnya setelah seharian kami mengamati nelayan menjala ikan dengan metode yang bisa saya bilang sangat tradisional ini, saya pun mengajak rekan-rekan untuk kembali ke hotel karena waktu pun sudah menjelang pukul enam sore...sebenarnya kami masih ingin menunggu sunset tapi karena kami sudah capek akhirnya kami pulang ke hotel....mmmm....saya mendapat hikmah dari pengalaman yang saya peroleh hari ini, bahwa yang namanya hidup dibutuhkan pengorbanan, diperlukan jiwa dan raga yang kuat, yang mampu menyediakan waktu dan tenaga seperti pengorbanan yang dilakukan nelayan-nelayan tersebut, perjuangan demi menyambung hidup guna mencari nafkah bagi dirinya dan keluarganya, seharian dari pagi sampai sore ditemani dengan sinar terik matahari, walau hasil yang didapat tidak seberapa malah lebih banyak sampah yang didapat, namun mereka tetap menjalani kehidupan seperti itu sebagai suatu kewajiban....saya harusnya bisa lebih bersyukur kepada Allah SWT karena saya diberikan pekerjaan yang jauh lebih nyaman, duduk di ruang kerja yang nyaman dan dingin seharian, ketika saya dinas luar kota saya bisa menginap di hotel dengan segala fasilitasnya...hmmm...”ya Allah, berkahilah kami, ridhoi – lah pekerjaan kami semua, hasil yang bermanfaat bagi kami...ya Allah terima kasih....amiiin...”
Di belakang hotel kami terbentang luas pantai Padang, setelah puas berjalan-jalan di pantai dari kejauhan kami melihat sekumpulan nelayan setempat yang sedang menjala ikan di laut. Kami pun bersepakat untuk mengamati dari dekat karena kami melihat ada suatu metode yang berbeda dari yang dilakukan para nelayan tersebut. Nelayan-nelayan itu tidak menaiki perahu dan menebar jala ikannya namun mereka cukup berada di tepi pantai dan melepas jala ikannya dari tepi pantai. Jala dibiarkan diulur dan dengan sendirinya jala terbawa arus laut hingga ke tengah laut. Tampak satu perahu saja yang ada di laut dengan dua orang diatasnya yang sepertinya bertugas untuk mencari kira-kira dimana banyak ikan dan biota laut lainnya.
Jala ikan pun digelar dengan membentuk lingkaran berbentuk kantung dimana pada bagian bawahnya diberikan pemberat agar dapat tenggelam di air laut dan dibagian atasnya diberikan semacam pelampung agar bagian atas jala tersebut dapat terus mengapung sehingga jala tersebut akan dengan sendirinya terbuka di bawah laut dan ikan-ikan serta biota lautnya pun akan memasuki jala tersebut.
Tali jala dipegang oleh lima orang nelayan yang bertugas memegang sekaligus menahan jala tersebut agar jala tidak hanyut ke laut. Dari info yang kami dapatkan, para nelayan tersebut sudah menggelar jalanya sejak jam tujuh pagi. Cukup lama kami menunggu kapan jala tersebut akan mulai ditarik ke tepi pantai. Kami pun menunggu sambil foto-foto dengan mengabadikan obyek-obyek yang ada di tepi pantai.
Tak terasa setelah kami foto-foto, waktu sudah menunjukkan pukul satu siang dan terlihat mulai ada pergerakan dari nelayan-nelayan tersebut. Tampak lima orang nelayan tersebut mengambil posisi seperti satu regu tarik tambang dalam perlombaan tarik tambang. Mereka menarik tali jala ikan tersebut dan secara bergantian posisi nelayan yang ada paling belakang berganti ke posisi paling depan untuk menarik jala, terus begitu sampai dengan sore kira-kira waktu sudah menunjukkan jam empat sore. Lama juga yah nunggunya...
Kantung jala ikan pun akhirnya mulai terlihat ke permukaan laut, tampak seperti benda besar yang diangkat dari bawah permukaan laut, kami pun berusaha untuk lebih dekat melihat apa yang ada didalam kantung jala tersebut. Perlahan demi perlahan akhirnya mulai tampak apa yang ada di dalam kantung jala tersebut...sebuah keprihatinan yang mendalam....dari dalam jala tersebut sangat banyak sampah darat yang tidak bisa diuraikan dan pastinya dibuang oleh manusia yang tidak mengerti atau pura-pura tidak mengerti, masa bodoh, bayangkan dari laut yang membentang luas itu bisa ada sampah-sampah seperti....mmm....dari mulai kemasan makanan ringan sampai dengan, maaf, bungkus pembalut wanita ada di dalam kantung jala tersebut...heemmmm...
Kami mengamati jenis ikan dan biota laut apa saja yang berhasil ditangkap nelayan-nelayan tersebut...beberapa jenis ikan masuk ke jala tersebut, dari hasil pengamatan kami yang paling banyak masuk ke jala adalah ikan tenggiri...nelayan-nelayan tersebut dan warga sekitar pun merapat dan mengelilingi jala tersebut dan setelah dijemur beberapa saat akhirnya jala tersebut dibuka dan dipilah nelayan dan rekan-rekannya, terlihat beberapa rekan dari nelayan tersebut yang membawa baskom untuk menempatkan ikan-ikan tersebut setelah dikeluarkan dari jala. dari tanya-tanya yang kita lakukan ke nelayan tersebut, ternyata ikan-ikan tersebut dipilah-pilah mana ikan yang bisa dijual atau laku di pasaran dan mana ikan yang tidak bisa dijual, oh ya ada juga juga biota laut lainnya dan cukup banyak masuk jala yakni ubur-ubur...dan yang jelas setahu saya ubur-ubur ngga bakal laku dijual, hehehe...
Akhirnya setelah seharian kami mengamati nelayan menjala ikan dengan metode yang bisa saya bilang sangat tradisional ini, saya pun mengajak rekan-rekan untuk kembali ke hotel karena waktu pun sudah menjelang pukul enam sore...sebenarnya kami masih ingin menunggu sunset tapi karena kami sudah capek akhirnya kami pulang ke hotel....mmmm....saya mendapat hikmah dari pengalaman yang saya peroleh hari ini, bahwa yang namanya hidup dibutuhkan pengorbanan, diperlukan jiwa dan raga yang kuat, yang mampu menyediakan waktu dan tenaga seperti pengorbanan yang dilakukan nelayan-nelayan tersebut, perjuangan demi menyambung hidup guna mencari nafkah bagi dirinya dan keluarganya, seharian dari pagi sampai sore ditemani dengan sinar terik matahari, walau hasil yang didapat tidak seberapa malah lebih banyak sampah yang didapat, namun mereka tetap menjalani kehidupan seperti itu sebagai suatu kewajiban....saya harusnya bisa lebih bersyukur kepada Allah SWT karena saya diberikan pekerjaan yang jauh lebih nyaman, duduk di ruang kerja yang nyaman dan dingin seharian, ketika saya dinas luar kota saya bisa menginap di hotel dengan segala fasilitasnya...hmmm...”ya Allah, berkahilah kami, ridhoi – lah pekerjaan kami semua, hasil yang bermanfaat bagi kami...ya Allah terima kasih....amiiin...”
Monday, June 09, 2008
New Website YJOC
Dear all bikers!
Memasuki usia tiga pada tahun ini dan sesuai hasil Munas I kemarin maka Yamaha Jupiter Owners Community [YJOC] meluncurkan website baru kami www.yjoc.web.id, semoga dengan website baru kami ini yang dibuat juga dengan semangat yang baru, semakin memperkokoh kita dalam dunia bikers di Indonesia dan semakin mengedepankan rasa brotherhood antar sesama bikers dan selalu menjunjung tinggi gaya berkendara aman yang dapat memberikan kenyamanan kepada seluruh pengguna jalan.
Salam bikers!
=============================================
Tentang YJOC
sebuah komunitas para pencinta dan pengguna motor [biker] berlabel Yamaha tipe Jupiter yang beranggotakan Jupiter, Jupiter Z, Jupiter Z CW, X-1, Jupiter MX, Jupiter MX CW, Jupiter MX CW SE
Memiliki visi menjadi komunitas yang solid, guyub, saling berbagi dan menjunjung tinggi brotherhood sesama anggota dan sesame biker lainnya terutama biker Yamaha type Jupiter baik yang sudah tergabung dalam klub atau komunitas maupun tidak [privateer] menuju kebersamaan
Mengusung misi merangkul para biker Yamaha type Jupiter di Indonesia baik para biker yang sudah tergabung dalam klub maupun privateer dalam satu visi dan mengembangkan perilaku santun, elegan, mengembangkan budaya egaliter dan tidak arogan di jalan sampai tercipta jalanan sebagai suatu tempat yang aman dan nyaman bagi semua pengguna jalan.
Menjadi Anggota YJOC
masuk ke thread Start Your Engine dan perkenalkan diri anda sesuai data yang diminta atau dapat klik pada kotak 'join our milist' kemudian klik join dan ikuti petunjuk selanjutnya. Dan kemudian isi database anggota. Maka anda telah tergabung dalam YJOC sebagai member forum atau milis. Anda akan menjadi YJOCers utama setelah anda bertemu muka pada ajang Kopi Darat yang juga sekaligus sebagai salah satu syarat mendapatkan Nomor ID [NID]
Lokasi Kopi Darat Utama [YJOC Jabodetabeka] :
Taman Parkir Timur Senayan
[antara Hotel Sultan dan Plaza Timur Senayan]
Jadwal Kopi Darat Utama :
Setiap hari Sabtu, pada minggu pertama dan ketiga dimulai pukul 16:00 wib sampai dengan selesai
Jadwal Kopi Darat Wilayah :
Untuk kopi darat wilayah dapat menghubungi lebih lanjut PIC dibawah ini melalui email atau HP dibawah ini.
DKI Jakarta :
Pusat Chapter : bro Ariir – 0812 976 7387
Utara Chapter : bro Ahmad – 0856 929 77695
Barat Chapter : bro Antok – 0899 918 3481
Selatan Chapter : bro Narwan – 0818 747 677
Timur Chapter : bro Octo – 0856 9700 9310
Banten :
Tangerang Chapter : bro Iskandar – 0815 952 3479
Pandeglang Chapter : bro Dedey – 0813 994 1818 5
Jawa Barat :
Bekasi Chapter : bro Dwie – 0812 994 1071
Bogor Chapter : bro Gomes – 0817 913 8270
Depok Chapter : bro Rado – 0813 83 777 106
Bandung Chapter : bro Dadang – 0813 216 766 96
Cirebon Chapter : bro Riyadhul – 0817 046 1507
DI Jogjakarta
Jogjakarta Chapter : bro Denjol – 0274 713 999 1
Jawa Timur :
Surabaya Chapter : bro Pandora – 0856 303 4050
Kediri Chapter : bro Feroo - 0817 515 1788,
Malang Chapter : bro Adi – 0813 344 09 733 / 0898 632 4765
Sumatra :
Medan Chapter : bro Wawan – 0813 611 38021
Palembang Chapter : bro Yuli – 0812 78 99 872
Tanjung Pinang Chapter : bro Aribuniko – 0856 65 22 498
Pekanbaru Chapter : bro Astalavista / Sakie – 0761 77 25 990 / 0852 712 10747
Bangka Chapter : bro Oyhik 0813 6 7777 135
Lampung Chapter : bro Jimie – 0721 745 4433
Kalimantan :
Balikpapan Chapter : bro Rosyid -
Sampit Chapter : bro Eem – 0852 493 96200
Sulawesi :
Manado Chapter : bro Romi – 0812 444 1000
Kendari Chapter : bro Saril – 0852 41 55 7 555
Memasuki usia tiga pada tahun ini dan sesuai hasil Munas I kemarin maka Yamaha Jupiter Owners Community [YJOC] meluncurkan website baru kami www.yjoc.web.id, semoga dengan website baru kami ini yang dibuat juga dengan semangat yang baru, semakin memperkokoh kita dalam dunia bikers di Indonesia dan semakin mengedepankan rasa brotherhood antar sesama bikers dan selalu menjunjung tinggi gaya berkendara aman yang dapat memberikan kenyamanan kepada seluruh pengguna jalan.
Salam bikers!
=============================================
Tentang YJOC
sebuah komunitas para pencinta dan pengguna motor [biker] berlabel Yamaha tipe Jupiter yang beranggotakan Jupiter, Jupiter Z, Jupiter Z CW, X-1, Jupiter MX, Jupiter MX CW, Jupiter MX CW SE
Memiliki visi menjadi komunitas yang solid, guyub, saling berbagi dan menjunjung tinggi brotherhood sesama anggota dan sesame biker lainnya terutama biker Yamaha type Jupiter baik yang sudah tergabung dalam klub atau komunitas maupun tidak [privateer] menuju kebersamaan
Mengusung misi merangkul para biker Yamaha type Jupiter di Indonesia baik para biker yang sudah tergabung dalam klub maupun privateer dalam satu visi dan mengembangkan perilaku santun, elegan, mengembangkan budaya egaliter dan tidak arogan di jalan sampai tercipta jalanan sebagai suatu tempat yang aman dan nyaman bagi semua pengguna jalan.
Menjadi Anggota YJOC
masuk ke thread Start Your Engine dan perkenalkan diri anda sesuai data yang diminta atau dapat klik pada kotak 'join our milist' kemudian klik join dan ikuti petunjuk selanjutnya. Dan kemudian isi database anggota. Maka anda telah tergabung dalam YJOC sebagai member forum atau milis. Anda akan menjadi YJOCers utama setelah anda bertemu muka pada ajang Kopi Darat yang juga sekaligus sebagai salah satu syarat mendapatkan Nomor ID [NID]
Lokasi Kopi Darat Utama [YJOC Jabodetabeka] :
Taman Parkir Timur Senayan
[antara Hotel Sultan dan Plaza Timur Senayan]
Jadwal Kopi Darat Utama :
Setiap hari Sabtu, pada minggu pertama dan ketiga dimulai pukul 16:00 wib sampai dengan selesai
Jadwal Kopi Darat Wilayah :
Untuk kopi darat wilayah dapat menghubungi lebih lanjut PIC dibawah ini melalui email atau HP dibawah ini.
DKI Jakarta :
Pusat Chapter : bro Ariir – 0812 976 7387
Utara Chapter : bro Ahmad – 0856 929 77695
Barat Chapter : bro Antok – 0899 918 3481
Selatan Chapter : bro Narwan – 0818 747 677
Timur Chapter : bro Octo – 0856 9700 9310
Banten :
Tangerang Chapter : bro Iskandar – 0815 952 3479
Pandeglang Chapter : bro Dedey – 0813 994 1818 5
Jawa Barat :
Bekasi Chapter : bro Dwie – 0812 994 1071
Bogor Chapter : bro Gomes – 0817 913 8270
Depok Chapter : bro Rado – 0813 83 777 106
Bandung Chapter : bro Dadang – 0813 216 766 96
Cirebon Chapter : bro Riyadhul – 0817 046 1507
DI Jogjakarta
Jogjakarta Chapter : bro Denjol – 0274 713 999 1
Jawa Timur :
Surabaya Chapter : bro Pandora – 0856 303 4050
Kediri Chapter : bro Feroo - 0817 515 1788,
Malang Chapter : bro Adi – 0813 344 09 733 / 0898 632 4765
Sumatra :
Medan Chapter : bro Wawan – 0813 611 38021
Palembang Chapter : bro Yuli – 0812 78 99 872
Tanjung Pinang Chapter : bro Aribuniko – 0856 65 22 498
Pekanbaru Chapter : bro Astalavista / Sakie – 0761 77 25 990 / 0852 712 10747
Bangka Chapter : bro Oyhik 0813 6 7777 135
Lampung Chapter : bro Jimie – 0721 745 4433
Kalimantan :
Balikpapan Chapter : bro Rosyid -
Sampit Chapter : bro Eem – 0852 493 96200
Sulawesi :
Manado Chapter : bro Romi – 0812 444 1000
Kendari Chapter : bro Saril – 0852 41 55 7 555
Saturday, June 07, 2008
Ranah Minang, ranah kuliner
Hari Jumat, 6 Juni 2008, masih dari kota Padang, Sumatra Barat, saya dan rekan-rekan masih ada disini dalam rangka dinas kantor.
Hari-hari yang melelahkan dan dipenuhi dengan rutinitas kerjaan, akhirnya sedikit dilonggarkan situasinya setelah kami berkesempatan untuk keliling kota Padang.
Berangkat dari kantor, sekalian pulang ke hotel, maka kami mencari tempat makan, dengan diantar oleh rekan kantor cabang, kami dihantari ke salah satu daerah yang menjadi wisata kuliner, tepatnya di Jalan Tepi, Padang Pondok.
Setelah memarkir mobil, kami pun turun dan kami menemui suasana yang sangat ramai...semua jenis makanan khas Minang tersaji di kiri kanan jalan....dari mulai Sate Ayam Minang, Sate Padang, Es Durian sampai dengan Soto Minang, kalo di Jakarta lebih dikenal dengan Soto Padang...karena dari beberapa hari lalu kami belum pernah makan yang berkuah maka kami memutuskan untuk melahap Soto Minang...alhamdulillah dengan harga 10.000 rupiah saja semangkoknya maka kami semua bisa melahap Soto Minang...onde mande, Soto yang dihidangkan panas-panas sangat memicu rasa lapar kami berubah menjadi rasa kenyang dengan kepuasan yang terkata-kata...heemmmm...
Setelah ngobrol-ngobrol sejenak maka kami memutuskan untuk keliling, masih berjalan kaki di kawasan Padang Pondok, kami ingin mencari es Durian yang memang terkenal uenak...hehehe...setelah berjalan ke arah perempatan Jln. Tepi Atas, Padang Pondok, kami mampir ke warung yang menjual es durian...hemm...ternyata di jalan tersebut memang khusus warung yang jualan es durian...setelah memilih-milih kita memutuskan untuk mencoba es durian di warung yang bernama "IKO GANTINYO"...kami pun duduk dan memesan es durian, semua memesan supaya porsi yang setengah saja karena kami masih kekenyangan Soto Minang...
Setelah menunggu tidak lebih dari 5 menit, es durian pesanan kami datang dan segera saja semangkok seharga delapan ribu perak tersebut yang berisi durian yang di-blender dihiasi agar-agar hitam, kelapa parutan, susu coklat sedikit dan pastinya es yang diserut...kami pun melahap es durian tersebut...hemmm....rasa durian yang sangat menyengat memicu kami untuk segera menghabiskan es durian kami...mak nyuuss, demikian ungkapan mas Bondan pada acara kuliner di TV, mungkin bisa mewakili perasaan kami saat itu...
Tak terasa, kami pun kekenyangan dan setelah mengobrol sejenak kami pun kembali ke mobil dan melanjutkan perjalanan keliling kota Padang, kami melalui daerah Kota Tua Padang, di daerah Muara tepatnya, kawasannya sangat mirip dengan Kota Tua Jakarta dimana banyak sekali gedung-gedung tua eks jaman penjajahan Belanda yang masih berdiri megah, sayang Pemerintah Daerah Sumatra Barat rupanya belum terpikir untuk merenovasi gedung-gedung tersebut dan menyulap dearah Muara tersebut menjadi obyek wisata kota tua Padang....apalagi di kiri jalan yang kami lalui membentang sungai Muara yang cukup lebar dimana terdapat kapal-kapal boat berukuran sedang, yang sepertinya bakal menjadi obyek wisata air jika benar-benar kawasan tersebut benar-benar dibangun menjadi daerah wisata...
Setelah melalui sungai Muara tersebut, kami sampai di jalan Boulevard pinggir pantai Padang, ehmmm...lagi-lagi kondisi kawasan pinggir pantai yang belum dikelola secara profesional malah lebih menunjukkan kesan kumuh, apalagi banyak terdapat lapak-lapak yang menjual jagung rebus...oh ya sebelum sampai di Boulevard, kita melewati pinggiran sungai Muara dimana banyak pedagang yang menjual telur penyu...banyak banget yang jualan, dengan harga dua ribu per butir...hemm murah atau mahal ya? trus ngomong-ngomong berapa banyak penyu yang ga jadi lahir ya kalo telurnya dijualin buat dimakan manusia...??? hehehe...
tak terasa, perjalanan kami pun sudah mengarah ke hotel kami menginap, Pangeran Beach...akhirnya kami pun sampai di hotel dan siap beristirahat dengan kepuasan yang tidak terkalimatkan....
.....Ranah Minang, Ranah Kuliner....
Hari-hari yang melelahkan dan dipenuhi dengan rutinitas kerjaan, akhirnya sedikit dilonggarkan situasinya setelah kami berkesempatan untuk keliling kota Padang.
Berangkat dari kantor, sekalian pulang ke hotel, maka kami mencari tempat makan, dengan diantar oleh rekan kantor cabang, kami dihantari ke salah satu daerah yang menjadi wisata kuliner, tepatnya di Jalan Tepi, Padang Pondok.
Setelah memarkir mobil, kami pun turun dan kami menemui suasana yang sangat ramai...semua jenis makanan khas Minang tersaji di kiri kanan jalan....dari mulai Sate Ayam Minang, Sate Padang, Es Durian sampai dengan Soto Minang, kalo di Jakarta lebih dikenal dengan Soto Padang...karena dari beberapa hari lalu kami belum pernah makan yang berkuah maka kami memutuskan untuk melahap Soto Minang...alhamdulillah dengan harga 10.000 rupiah saja semangkoknya maka kami semua bisa melahap Soto Minang...onde mande, Soto yang dihidangkan panas-panas sangat memicu rasa lapar kami berubah menjadi rasa kenyang dengan kepuasan yang terkata-kata...heemmmm...
Setelah ngobrol-ngobrol sejenak maka kami memutuskan untuk keliling, masih berjalan kaki di kawasan Padang Pondok, kami ingin mencari es Durian yang memang terkenal uenak...hehehe...setelah berjalan ke arah perempatan Jln. Tepi Atas, Padang Pondok, kami mampir ke warung yang menjual es durian...hemm...ternyata di jalan tersebut memang khusus warung yang jualan es durian...setelah memilih-milih kita memutuskan untuk mencoba es durian di warung yang bernama "IKO GANTINYO"...kami pun duduk dan memesan es durian, semua memesan supaya porsi yang setengah saja karena kami masih kekenyangan Soto Minang...
Setelah menunggu tidak lebih dari 5 menit, es durian pesanan kami datang dan segera saja semangkok seharga delapan ribu perak tersebut yang berisi durian yang di-blender dihiasi agar-agar hitam, kelapa parutan, susu coklat sedikit dan pastinya es yang diserut...kami pun melahap es durian tersebut...hemmm....rasa durian yang sangat menyengat memicu kami untuk segera menghabiskan es durian kami...mak nyuuss, demikian ungkapan mas Bondan pada acara kuliner di TV, mungkin bisa mewakili perasaan kami saat itu...
Tak terasa, kami pun kekenyangan dan setelah mengobrol sejenak kami pun kembali ke mobil dan melanjutkan perjalanan keliling kota Padang, kami melalui daerah Kota Tua Padang, di daerah Muara tepatnya, kawasannya sangat mirip dengan Kota Tua Jakarta dimana banyak sekali gedung-gedung tua eks jaman penjajahan Belanda yang masih berdiri megah, sayang Pemerintah Daerah Sumatra Barat rupanya belum terpikir untuk merenovasi gedung-gedung tersebut dan menyulap dearah Muara tersebut menjadi obyek wisata kota tua Padang....apalagi di kiri jalan yang kami lalui membentang sungai Muara yang cukup lebar dimana terdapat kapal-kapal boat berukuran sedang, yang sepertinya bakal menjadi obyek wisata air jika benar-benar kawasan tersebut benar-benar dibangun menjadi daerah wisata...
Setelah melalui sungai Muara tersebut, kami sampai di jalan Boulevard pinggir pantai Padang, ehmmm...lagi-lagi kondisi kawasan pinggir pantai yang belum dikelola secara profesional malah lebih menunjukkan kesan kumuh, apalagi banyak terdapat lapak-lapak yang menjual jagung rebus...oh ya sebelum sampai di Boulevard, kita melewati pinggiran sungai Muara dimana banyak pedagang yang menjual telur penyu...banyak banget yang jualan, dengan harga dua ribu per butir...hemm murah atau mahal ya? trus ngomong-ngomong berapa banyak penyu yang ga jadi lahir ya kalo telurnya dijualin buat dimakan manusia...??? hehehe...
tak terasa, perjalanan kami pun sudah mengarah ke hotel kami menginap, Pangeran Beach...akhirnya kami pun sampai di hotel dan siap beristirahat dengan kepuasan yang tidak terkalimatkan....
.....Ranah Minang, Ranah Kuliner....
Sunday, June 01, 2008
Padang-Bukittinggi-Padang
gw yang masih di Padang, Sumatera Barat dalam rangka dinas kantor, berkesempatan memanfaatkan waktu luang di hari Minggu, 1 Juni 2008 untuk pergi ke Bukittinggi bersama teman-teman kantor yang menjadi satu team dinas gw. Gw, Oky, Carol dan Agam rekan dari MT ACC serta Tio dari Underwriting sudah bersiap-siap ke Bukittinggi dari malam sebelumnya dengan menyepakati keberangkatan kami ini dan disepakati untuk memakai style rekan-rekan backpackers dengan "mengeteng" angkutan umum atau travel menuju ke Bukittinggi, padahal kami sempat ditawari oleh teman kantor di Padang untuk menggunakan mobil operasional kantor namun kami menolak karena perjalanan ke Bukittinggi ini adalah diluar dinas kantor.
Minggu, 1 Juni 2008 pukul 10.00wib kita pun siap berangkat, meski molor dari rencana semula jam 8 pagi kita harus sudah berangkat, namun tidak mengurangi antusias gw dan rekan-rekan untuk bergerak. Diawali dengan mengambil uang di ATM BII dan BNI yang ada di hotel Pangeran Beach tempat kami menginap, kemudian Carol bertanya ke security hotel menanyakan alamat travel Tranex Mandiri yang memiliki rute Padang-Bukittinggi. Didapatlah jawaban bahwa kami harus naik angkot dulu sekali ke arah Minang Plaza. Kemudian kami pun menunggu angkot yang lewat depan hotel dan akhirnya datang angkot tersebut. Di perjalanan selama di angkot, rekan dari supir angkot pun bertanya kami akan kemana, lalu kami menjawab akan ke Bukittinggi. Rekan dari supir angkot tersebut memberitahu sebaiknya naik travel plat nomor hitam saja supaya lebih cepat dan tidak menunggu penumpang penuh dulu baru berangkat, mobilnya pun minibus dan biasanya bagus-bagus. Cukup membayar sedikit lebih mahal dari travel resmi namun secara waktu lebih cepat. Akhirnya kami diantar ke depan Minang Plaza tempat travel plat nomor hitam biasa mangkal.
Sesampainya di Minang Plaza kami pun ditawari tujuan ke Bukittinggi. Untuk membedakan mobil travel dengan merk Toyota Kijang dengan Kijang mobil pribadi adalah mobil travel memilik ciri-ciri adalah pintu bagasi belakang dibuka pada saat parkir. Kemudian kami menanyakan kepada uda-uda yang ada disitu berapa ongkos ke Bukittinggi dan mendapat jawaban seharga Rp. 20.000,- (ga terlalu mahal juga yaaa dibanding travel resmi yang Rp. 15.000,-). Akhirnya kami sepakat untuk memilih mobil Kijang warna merah maroon. Namun karena tidak langsung jalan karena mobil belum penuh (kami hanya berlima sedangkan mobil masih bisa memuat 2 orang lagi) akhirnya kami meminta agar mobil dapat langsung berangkat, mengingat waktu yang semakin siang, waktu itu hampir jam 11 siang, dan akan menambah ongkos 10.000 per kepala dengan syarat mobil langsung berangkat. Dan uda yang menjadi timer disitu pun setuju, akhirnya kami pun berangkat tepat jam 11.00wib dari seberang Minang Plaza.
Perjalanan yang kami tempuh melalui daerah-daerah yang sempat gw catat adalah dimulai dari kota Padang lalu menuju ke arah Bandara Minangkabau selanjutnya kami melewati daerah Batang Anai, kemudian Lubuk Alung. Memasuki wilayah Enam Lingkung kami disambut dengan hujan lokal yang gerimis saja...namun hawa masih sangat panas siang itu.
Kijang yang dikendarai si Uda melaju dengan kecepatan yang menurut gw cukup kencang. Lari dengan kecepatan sekitar 90-100 km/jam menurut gw sudah sangat kencang untuk kondisi mobil dengan berpenumpang total 6 orang. Berkali-kali kami selalu mengingatkan ke di Uda supir untuk santai saja dalam berkendara, namanya juga jalan-jalan....
Tak terasa kami pun sampai di persimpangan yang ke arah Pariaman, namun kami ambil lurus terus menuju wilayah Sicincin, disini hujan sudah tidak ada lagi, kembali hawa panas menyerang, mobil yang memang dari awal tidak dinyalakan AC nya menambah lagi kepanasan yang kami rasakan. Lewat dari Sicincin kami memasuki daerah Kayutanam dan akhirnya masuk ke lembah Gunung Singgalang, mulai disini hawa mulai sejuk dan pemandangan sudah terlihat menghijau dengan bentaran Gunung Singgalang di depan kami...jalan berkelak kelok pun kami lewati dengan nyaman...dan tibalah akhirnya kami melewati air terjun Lembah Anai, sempat terpikir berhenti dulu untuk foto-foto namun karena waktu sudah siang dan berharap tiba di Bukittinggi pas makan siang dan pas waktunya untuk sholat Dzhuhur.
Setelah melewati Lembah Anai kami pun masuk wilayah Lumpukuda, dan beberapa lama kemudian akhirnya kami memasuki kota Padang Panjang, sempat terhambat beberapa saat karena situasi kota Padang Panjang yang ramai dan banyaknya angkot yang mengetem sembarangan pas di lampu merah sehingga menambah kemacetan makin parah. Namun dengan situasi tersebut kami tetap santai saja karena memang dalam rangka jalan-jalan...dalam perjalanan beberapa rekan kami pun tertidur karena hawa sejuk yang merasuki seisi ruangan mobil kami...
Setelah melewati Padang Panjang kami memasuki daerah X Koto (bacanya apa ya Kali Koto?) Kabupaten Tanah Datar dan menemui jalan yang rusak dan berlobang serta sisa-sisa longsor beberapa hari lalu dari bukit yang masih ada di sisi kiri dan kanan jalan yang kami lalui....mobil yang kami tumpangi pun berjalan perlahan...setelahnya kami pun memasuki wilayah Sungai Landai kemudian masuk wilayah Kabupaten Agam...dan tak terasa beberapa saat lagi kami akan memasuki kota Bukittinggi...dan akhirnya tepat jam 12.45wib kami pun tiba di tengah-tengah kota Bukittinggi dengan berhenti tepat di lokasi Jam Gadang, suatu bangunan yang menjadi trademark kota Bukittinggi...
Setibanya di area Jam Gadang, kami berlima pun memanfaatkan waktu untuk bernarsis ria...dengan bermodalkan kamera digital Canon Powershot yang dibawa oleh Oky...sempat malu dan tengsin juga (bahasa apa nich?) saat kami foto-foto dengan gaya yang aneh-aneh, semua orang yang ada disitu yang notabene adalah warga lokal, memperhatikan kami sambil senyum-senyum....namun karena kami yang memang cuek, jadi sesi foto-foto terus berlangsung...tak terasa jarum kecil di Jam Gadang sudah menunjukkan di angka 2 kurang 15 menit.
Mengenai sejarah Jam Gadang, Jam Gadang dibangun pada tahun 1926 pada saat penjajahan Belanda. Jam Gadang dibangun oleh Pemerintahan Belanda saat itu sebagai trademark dari kota Bukittinggi sekaligus pengontrol waktu bagi penjajah Belanda dalam menjalankan roda pemerintahannya waktu itu. Jam Gadang telah mengalami 3 kali renovasi yakni, saat masa Belanda, masa penjajahan Jepang dan saat pemerintahan Orde Lama dengan mengganti bagian atas Jam Gadang dengan atap rumah ciri khas rumah Minang, oh ya! angka-angka yang ada di Jam Gadang ini ditulis dengan angka Romawi dan yang menjadi keunikan dari Jam Gadang ini adalah untuk angka 4 pada Jam Gadang tidak ditulis dengan simbol IV namun dengan simbol IIII...hehehe aneh juga ya orang Belanda dulu....?
Tak terasa setelah foto-foto, kami berlima merasakan perut yang sudah bernyanyi...kami pun mencari tempat wisata kuliner yang recommended...dari hasil nanya-nanya via SMS ke kakak ipar gw yang emang asli dari Lawang, Bukittinggi didapatlah lokasi wisata kuliner di Bukittinggi, yakni Nasi Kapau Uni Lis yang ada di tengah-tengah Pasar Bukittinggi, kami pun memasuki pasar Bukittinggi, setelah mencari-cari dan sempat bertanya 3 kali ke pedagang disitu, akhirnya kami menemukan lokasi Nasi Kapau Uni Lis...hemmm lokasinya benar-benar ada di tengah pasar Bukittinggi...
Makan siang pun berjalan lancar dan kami yang memang sudah lapar, melahap makanan yang dihidangkan...setelah makan dan ngobrol-ngobrol, tak terasa waktu sudah menunjukkan jam 15.00wib...kami pun memutuskan untuk kembali bergerak...sesuai informasi yang kami terima dari supir travel sebelumnya, bahwa ada tempat wisata disini yakni Ngarai Sianok dan Goa Jepang dan akhirnya setelah didiskusikan sesaat maka kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan kami untuk mengunjungi Ngarai Sianok tersebut...
Lagi-lagi dengan style backpackers, kami bertanya sana-sini mengenai lokasi Ngarai...ternyata dari beberapa orang yang kami tanyakan dijawab jawaban yang sama bahwa lokasinya tidak jauh dari Jam Gadang hanya sekitar 1 kilometer dan kalo jalan kaki sekitar 15 menit...sempat muncul pertanyaan...apakah benar 1 kilo? apa benar bisa dicapai hanya dengan jalan kaki?...karena biasanya ukuran orang setempat dengan orang Jakarta sering selisih jauh...hehehe...namun dengan keyakinan yang bulat akhirnya kami berlima pun berjalan kaki ke arah Ngarai dan memang benar apa yang dibilang, sekitar 15 menit kemudian kami pun tiba di lokasi Ngarai Sianok yang sekarang dinamakan dengan Taman Panorama - Lobang Jepang...
Kami berlima pun masuk ke Taman Panorama dengan sebelumnya kami membayar tiket masuk sebesar Rp. 4.000 perak (murah banget ya?)...di Taman Panorama kami pun kembali narsis dengan foto-foto dan mengambil background Ngarai Sianok yang tegar berdiri dengan angkuhnya dibelakang kami, oh ya Ngarai Sianok ini pernah menjadi trademark uang kertas seribuan tahun 1980-an...(ada yang masih nyimpen gak uangnya?)..
Setelah puas foto-foto kamipun turun ke lokasi Lobang Jepang...Lobang atau Goa dengan kedalaman 40 meter dibawah tanah dibangun pada saat Jepang menjajah Indonesia, Lobang ini dibuat untuk "mendidik" Romusha, sistem kerja paksa ala Jepang yang dikenakan terhadap pemuda-pemuda Indonesia waktu itu...diawali dengan menuruni tangga sepanjang 64 meter dengan jumlah 132 anak tangga, kami pun tiba di dasar Goa...hawa dingin bawah tanah yang menyelimuti cukup membuat kami kedinginan...namun lagi-lagi dengan style narsis kami, terlebih lagi si Agam yang sangat narsis, kami tetap foto-foto dan tetap menjadi banci kamera hahaaha....hawa dingin pun dapat kami lawan....
Di dalam goa, kami memasuki lorong-lorong yang ada, dari mulai ruang amunisi, ruang duduk, ruang kerja Romusha, dapur, ruang penyergapan, ruang pengintaian, penjara sampai dengan lobang mayat (hiiiii.....!!) yang digunakan untuk membuang para Romusha yang melawan setelah dipenjara dan disiksa oleh tentara Jepang...
Setelah kami mengelilingi seluruh bagian Goa Jepang, kami pun kembali ke tangga awal untuk keluar....pyyyffuuh....kami harus menaiki 132 anak tangga! ... dengan rasa sedikit malas dan kecapean setelah di-tengah-tengah tangga, akhirnya kami dapat mencapai pintu dimana kami masuk tadi...sempat beristirahat sesaat, dan tepat jam 16.45 wib, kami memutuskan untuk kembali ke kota Padang...
setelah berjalan kaki dari lokasi Taman Panorama (Ngarai Sianok dan Lobang Jepang) menuju ke arah Terminal Bukittinggi, kami tetap bertanya sana sini tentang lokasi pangkalan mobil travel plat nomor hitam, didapatlah jawaban bahwa kalo mobil tersebut mangkal di depan kantor pos Bukittinggi, akhirnya, lagi-lagi kami berjalan kaki ke lokasi tersebut...dan mobil yang dimaksud pun ada, sebuah Kijang lagi dan sudah ada 3 penumpang dan akhirnya setelah ditambah kami berlima maka penuh sesaklah Kijang tersebut, setelah membayar Rp. 18.000 saja maka Kijang pun mulai bergerak ke Padang...finally kami pun pulang kembali ke Padang dan tiba kembali di Pangeran Beach Hotel tepat jam 19.30wib
alhamdulillah, pengalaman backpackers yang belum pernah dialami di bumi Sumatra ini akhirnya terlaksana...terima kasih kepada rekan-rekan :
- Oky, yang udah bawa kamera digital, ga tau dech tanpa ada kamera mungkin perjalanan ini ga ada ceritanya (ditunggu loh upload foto2nya)
- Carol alias Carolus yang ga pernah malu-malu untuk nanya sana-sini...
- Agam yang sangat narsis pas foto-foto, ga ada loe ga rame...
- Tyo, rekan dari Underwriting yang udah mau capek2 n ngikutin kegilaan kami...
*Padang-Bukittinggi-Padang, sebuah perjalanan sederhana*
Minggu, 1 Juni 2008 pukul 10.00wib kita pun siap berangkat, meski molor dari rencana semula jam 8 pagi kita harus sudah berangkat, namun tidak mengurangi antusias gw dan rekan-rekan untuk bergerak. Diawali dengan mengambil uang di ATM BII dan BNI yang ada di hotel Pangeran Beach tempat kami menginap, kemudian Carol bertanya ke security hotel menanyakan alamat travel Tranex Mandiri yang memiliki rute Padang-Bukittinggi. Didapatlah jawaban bahwa kami harus naik angkot dulu sekali ke arah Minang Plaza. Kemudian kami pun menunggu angkot yang lewat depan hotel dan akhirnya datang angkot tersebut. Di perjalanan selama di angkot, rekan dari supir angkot pun bertanya kami akan kemana, lalu kami menjawab akan ke Bukittinggi. Rekan dari supir angkot tersebut memberitahu sebaiknya naik travel plat nomor hitam saja supaya lebih cepat dan tidak menunggu penumpang penuh dulu baru berangkat, mobilnya pun minibus dan biasanya bagus-bagus. Cukup membayar sedikit lebih mahal dari travel resmi namun secara waktu lebih cepat. Akhirnya kami diantar ke depan Minang Plaza tempat travel plat nomor hitam biasa mangkal.
Sesampainya di Minang Plaza kami pun ditawari tujuan ke Bukittinggi. Untuk membedakan mobil travel dengan merk Toyota Kijang dengan Kijang mobil pribadi adalah mobil travel memilik ciri-ciri adalah pintu bagasi belakang dibuka pada saat parkir. Kemudian kami menanyakan kepada uda-uda yang ada disitu berapa ongkos ke Bukittinggi dan mendapat jawaban seharga Rp. 20.000,- (ga terlalu mahal juga yaaa dibanding travel resmi yang Rp. 15.000,-). Akhirnya kami sepakat untuk memilih mobil Kijang warna merah maroon. Namun karena tidak langsung jalan karena mobil belum penuh (kami hanya berlima sedangkan mobil masih bisa memuat 2 orang lagi) akhirnya kami meminta agar mobil dapat langsung berangkat, mengingat waktu yang semakin siang, waktu itu hampir jam 11 siang, dan akan menambah ongkos 10.000 per kepala dengan syarat mobil langsung berangkat. Dan uda yang menjadi timer disitu pun setuju, akhirnya kami pun berangkat tepat jam 11.00wib dari seberang Minang Plaza.
Perjalanan yang kami tempuh melalui daerah-daerah yang sempat gw catat adalah dimulai dari kota Padang lalu menuju ke arah Bandara Minangkabau selanjutnya kami melewati daerah Batang Anai, kemudian Lubuk Alung. Memasuki wilayah Enam Lingkung kami disambut dengan hujan lokal yang gerimis saja...namun hawa masih sangat panas siang itu.
Kijang yang dikendarai si Uda melaju dengan kecepatan yang menurut gw cukup kencang. Lari dengan kecepatan sekitar 90-100 km/jam menurut gw sudah sangat kencang untuk kondisi mobil dengan berpenumpang total 6 orang. Berkali-kali kami selalu mengingatkan ke di Uda supir untuk santai saja dalam berkendara, namanya juga jalan-jalan....
Tak terasa kami pun sampai di persimpangan yang ke arah Pariaman, namun kami ambil lurus terus menuju wilayah Sicincin, disini hujan sudah tidak ada lagi, kembali hawa panas menyerang, mobil yang memang dari awal tidak dinyalakan AC nya menambah lagi kepanasan yang kami rasakan. Lewat dari Sicincin kami memasuki daerah Kayutanam dan akhirnya masuk ke lembah Gunung Singgalang, mulai disini hawa mulai sejuk dan pemandangan sudah terlihat menghijau dengan bentaran Gunung Singgalang di depan kami...jalan berkelak kelok pun kami lewati dengan nyaman...dan tibalah akhirnya kami melewati air terjun Lembah Anai, sempat terpikir berhenti dulu untuk foto-foto namun karena waktu sudah siang dan berharap tiba di Bukittinggi pas makan siang dan pas waktunya untuk sholat Dzhuhur.
Setelah melewati Lembah Anai kami pun masuk wilayah Lumpukuda, dan beberapa lama kemudian akhirnya kami memasuki kota Padang Panjang, sempat terhambat beberapa saat karena situasi kota Padang Panjang yang ramai dan banyaknya angkot yang mengetem sembarangan pas di lampu merah sehingga menambah kemacetan makin parah. Namun dengan situasi tersebut kami tetap santai saja karena memang dalam rangka jalan-jalan...dalam perjalanan beberapa rekan kami pun tertidur karena hawa sejuk yang merasuki seisi ruangan mobil kami...
Setelah melewati Padang Panjang kami memasuki daerah X Koto (bacanya apa ya Kali Koto?) Kabupaten Tanah Datar dan menemui jalan yang rusak dan berlobang serta sisa-sisa longsor beberapa hari lalu dari bukit yang masih ada di sisi kiri dan kanan jalan yang kami lalui....mobil yang kami tumpangi pun berjalan perlahan...setelahnya kami pun memasuki wilayah Sungai Landai kemudian masuk wilayah Kabupaten Agam...dan tak terasa beberapa saat lagi kami akan memasuki kota Bukittinggi...dan akhirnya tepat jam 12.45wib kami pun tiba di tengah-tengah kota Bukittinggi dengan berhenti tepat di lokasi Jam Gadang, suatu bangunan yang menjadi trademark kota Bukittinggi...
Setibanya di area Jam Gadang, kami berlima pun memanfaatkan waktu untuk bernarsis ria...dengan bermodalkan kamera digital Canon Powershot yang dibawa oleh Oky...sempat malu dan tengsin juga (bahasa apa nich?) saat kami foto-foto dengan gaya yang aneh-aneh, semua orang yang ada disitu yang notabene adalah warga lokal, memperhatikan kami sambil senyum-senyum....namun karena kami yang memang cuek, jadi sesi foto-foto terus berlangsung...tak terasa jarum kecil di Jam Gadang sudah menunjukkan di angka 2 kurang 15 menit.
Mengenai sejarah Jam Gadang, Jam Gadang dibangun pada tahun 1926 pada saat penjajahan Belanda. Jam Gadang dibangun oleh Pemerintahan Belanda saat itu sebagai trademark dari kota Bukittinggi sekaligus pengontrol waktu bagi penjajah Belanda dalam menjalankan roda pemerintahannya waktu itu. Jam Gadang telah mengalami 3 kali renovasi yakni, saat masa Belanda, masa penjajahan Jepang dan saat pemerintahan Orde Lama dengan mengganti bagian atas Jam Gadang dengan atap rumah ciri khas rumah Minang, oh ya! angka-angka yang ada di Jam Gadang ini ditulis dengan angka Romawi dan yang menjadi keunikan dari Jam Gadang ini adalah untuk angka 4 pada Jam Gadang tidak ditulis dengan simbol IV namun dengan simbol IIII...hehehe aneh juga ya orang Belanda dulu....?
Tak terasa setelah foto-foto, kami berlima merasakan perut yang sudah bernyanyi...kami pun mencari tempat wisata kuliner yang recommended...dari hasil nanya-nanya via SMS ke kakak ipar gw yang emang asli dari Lawang, Bukittinggi didapatlah lokasi wisata kuliner di Bukittinggi, yakni Nasi Kapau Uni Lis yang ada di tengah-tengah Pasar Bukittinggi, kami pun memasuki pasar Bukittinggi, setelah mencari-cari dan sempat bertanya 3 kali ke pedagang disitu, akhirnya kami menemukan lokasi Nasi Kapau Uni Lis...hemmm lokasinya benar-benar ada di tengah pasar Bukittinggi...
Makan siang pun berjalan lancar dan kami yang memang sudah lapar, melahap makanan yang dihidangkan...setelah makan dan ngobrol-ngobrol, tak terasa waktu sudah menunjukkan jam 15.00wib...kami pun memutuskan untuk kembali bergerak...sesuai informasi yang kami terima dari supir travel sebelumnya, bahwa ada tempat wisata disini yakni Ngarai Sianok dan Goa Jepang dan akhirnya setelah didiskusikan sesaat maka kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan kami untuk mengunjungi Ngarai Sianok tersebut...
Lagi-lagi dengan style backpackers, kami bertanya sana-sini mengenai lokasi Ngarai...ternyata dari beberapa orang yang kami tanyakan dijawab jawaban yang sama bahwa lokasinya tidak jauh dari Jam Gadang hanya sekitar 1 kilometer dan kalo jalan kaki sekitar 15 menit...sempat muncul pertanyaan...apakah benar 1 kilo? apa benar bisa dicapai hanya dengan jalan kaki?...karena biasanya ukuran orang setempat dengan orang Jakarta sering selisih jauh...hehehe...namun dengan keyakinan yang bulat akhirnya kami berlima pun berjalan kaki ke arah Ngarai dan memang benar apa yang dibilang, sekitar 15 menit kemudian kami pun tiba di lokasi Ngarai Sianok yang sekarang dinamakan dengan Taman Panorama - Lobang Jepang...
Kami berlima pun masuk ke Taman Panorama dengan sebelumnya kami membayar tiket masuk sebesar Rp. 4.000 perak (murah banget ya?)...di Taman Panorama kami pun kembali narsis dengan foto-foto dan mengambil background Ngarai Sianok yang tegar berdiri dengan angkuhnya dibelakang kami, oh ya Ngarai Sianok ini pernah menjadi trademark uang kertas seribuan tahun 1980-an...(ada yang masih nyimpen gak uangnya?)..
Setelah puas foto-foto kamipun turun ke lokasi Lobang Jepang...Lobang atau Goa dengan kedalaman 40 meter dibawah tanah dibangun pada saat Jepang menjajah Indonesia, Lobang ini dibuat untuk "mendidik" Romusha, sistem kerja paksa ala Jepang yang dikenakan terhadap pemuda-pemuda Indonesia waktu itu...diawali dengan menuruni tangga sepanjang 64 meter dengan jumlah 132 anak tangga, kami pun tiba di dasar Goa...hawa dingin bawah tanah yang menyelimuti cukup membuat kami kedinginan...namun lagi-lagi dengan style narsis kami, terlebih lagi si Agam yang sangat narsis, kami tetap foto-foto dan tetap menjadi banci kamera hahaaha....hawa dingin pun dapat kami lawan....
Di dalam goa, kami memasuki lorong-lorong yang ada, dari mulai ruang amunisi, ruang duduk, ruang kerja Romusha, dapur, ruang penyergapan, ruang pengintaian, penjara sampai dengan lobang mayat (hiiiii.....!!) yang digunakan untuk membuang para Romusha yang melawan setelah dipenjara dan disiksa oleh tentara Jepang...
Setelah kami mengelilingi seluruh bagian Goa Jepang, kami pun kembali ke tangga awal untuk keluar....pyyyffuuh....kami harus menaiki 132 anak tangga! ... dengan rasa sedikit malas dan kecapean setelah di-tengah-tengah tangga, akhirnya kami dapat mencapai pintu dimana kami masuk tadi...sempat beristirahat sesaat, dan tepat jam 16.45 wib, kami memutuskan untuk kembali ke kota Padang...
setelah berjalan kaki dari lokasi Taman Panorama (Ngarai Sianok dan Lobang Jepang) menuju ke arah Terminal Bukittinggi, kami tetap bertanya sana sini tentang lokasi pangkalan mobil travel plat nomor hitam, didapatlah jawaban bahwa kalo mobil tersebut mangkal di depan kantor pos Bukittinggi, akhirnya, lagi-lagi kami berjalan kaki ke lokasi tersebut...dan mobil yang dimaksud pun ada, sebuah Kijang lagi dan sudah ada 3 penumpang dan akhirnya setelah ditambah kami berlima maka penuh sesaklah Kijang tersebut, setelah membayar Rp. 18.000 saja maka Kijang pun mulai bergerak ke Padang...finally kami pun pulang kembali ke Padang dan tiba kembali di Pangeran Beach Hotel tepat jam 19.30wib
alhamdulillah, pengalaman backpackers yang belum pernah dialami di bumi Sumatra ini akhirnya terlaksana...terima kasih kepada rekan-rekan :
- Oky, yang udah bawa kamera digital, ga tau dech tanpa ada kamera mungkin perjalanan ini ga ada ceritanya (ditunggu loh upload foto2nya)
- Carol alias Carolus yang ga pernah malu-malu untuk nanya sana-sini...
- Agam yang sangat narsis pas foto-foto, ga ada loe ga rame...
- Tyo, rekan dari Underwriting yang udah mau capek2 n ngikutin kegilaan kami...
*Padang-Bukittinggi-Padang, sebuah perjalanan sederhana*
Subscribe to:
Posts (Atom)