Minggu 1 juni 2008 saya dan empat rekan sekantor masih berada di Padang, sumatra barat. Kali ini kami tidak kemana-mana, selesai sarapan pagi yang memang sudah agak siang sekitar jam setengah sepuluh, kami berjalan-jalan ke bagian belakang hotel tempat kami menginap, Hotel Pangeran Beach.
Di belakang hotel kami terbentang luas pantai Padang, setelah puas berjalan-jalan di pantai dari kejauhan kami melihat sekumpulan nelayan setempat yang sedang menjala ikan di laut. Kami pun bersepakat untuk mengamati dari dekat karena kami melihat ada suatu metode yang berbeda dari yang dilakukan para nelayan tersebut. Nelayan-nelayan itu tidak menaiki perahu dan menebar jala ikannya namun mereka cukup berada di tepi pantai dan melepas jala ikannya dari tepi pantai. Jala dibiarkan diulur dan dengan sendirinya jala terbawa arus laut hingga ke tengah laut. Tampak satu perahu saja yang ada di laut dengan dua orang diatasnya yang sepertinya bertugas untuk mencari kira-kira dimana banyak ikan dan biota laut lainnya.
Jala ikan pun digelar dengan membentuk lingkaran berbentuk kantung dimana pada bagian bawahnya diberikan pemberat agar dapat tenggelam di air laut dan dibagian atasnya diberikan semacam pelampung agar bagian atas jala tersebut dapat terus mengapung sehingga jala tersebut akan dengan sendirinya terbuka di bawah laut dan ikan-ikan serta biota lautnya pun akan memasuki jala tersebut.
Tali jala dipegang oleh lima orang nelayan yang bertugas memegang sekaligus menahan jala tersebut agar jala tidak hanyut ke laut. Dari info yang kami dapatkan, para nelayan tersebut sudah menggelar jalanya sejak jam tujuh pagi. Cukup lama kami menunggu kapan jala tersebut akan mulai ditarik ke tepi pantai. Kami pun menunggu sambil foto-foto dengan mengabadikan obyek-obyek yang ada di tepi pantai.
Tak terasa setelah kami foto-foto, waktu sudah menunjukkan pukul satu siang dan terlihat mulai ada pergerakan dari nelayan-nelayan tersebut. Tampak lima orang nelayan tersebut mengambil posisi seperti satu regu tarik tambang dalam perlombaan tarik tambang. Mereka menarik tali jala ikan tersebut dan secara bergantian posisi nelayan yang ada paling belakang berganti ke posisi paling depan untuk menarik jala, terus begitu sampai dengan sore kira-kira waktu sudah menunjukkan jam empat sore. Lama juga yah nunggunya...
Kantung jala ikan pun akhirnya mulai terlihat ke permukaan laut, tampak seperti benda besar yang diangkat dari bawah permukaan laut, kami pun berusaha untuk lebih dekat melihat apa yang ada didalam kantung jala tersebut. Perlahan demi perlahan akhirnya mulai tampak apa yang ada di dalam kantung jala tersebut...sebuah keprihatinan yang mendalam....dari dalam jala tersebut sangat banyak sampah darat yang tidak bisa diuraikan dan pastinya dibuang oleh manusia yang tidak mengerti atau pura-pura tidak mengerti, masa bodoh, bayangkan dari laut yang membentang luas itu bisa ada sampah-sampah seperti....mmm....dari mulai kemasan makanan ringan sampai dengan, maaf, bungkus pembalut wanita ada di dalam kantung jala tersebut...heemmmm...
Kami mengamati jenis ikan dan biota laut apa saja yang berhasil ditangkap nelayan-nelayan tersebut...beberapa jenis ikan masuk ke jala tersebut, dari hasil pengamatan kami yang paling banyak masuk ke jala adalah ikan tenggiri...nelayan-nelayan tersebut dan warga sekitar pun merapat dan mengelilingi jala tersebut dan setelah dijemur beberapa saat akhirnya jala tersebut dibuka dan dipilah nelayan dan rekan-rekannya, terlihat beberapa rekan dari nelayan tersebut yang membawa baskom untuk menempatkan ikan-ikan tersebut setelah dikeluarkan dari jala. dari tanya-tanya yang kita lakukan ke nelayan tersebut, ternyata ikan-ikan tersebut dipilah-pilah mana ikan yang bisa dijual atau laku di pasaran dan mana ikan yang tidak bisa dijual, oh ya ada juga juga biota laut lainnya dan cukup banyak masuk jala yakni ubur-ubur...dan yang jelas setahu saya ubur-ubur ngga bakal laku dijual, hehehe...
Akhirnya setelah seharian kami mengamati nelayan menjala ikan dengan metode yang bisa saya bilang sangat tradisional ini, saya pun mengajak rekan-rekan untuk kembali ke hotel karena waktu pun sudah menjelang pukul enam sore...sebenarnya kami masih ingin menunggu sunset tapi karena kami sudah capek akhirnya kami pulang ke hotel....mmmm....saya mendapat hikmah dari pengalaman yang saya peroleh hari ini, bahwa yang namanya hidup dibutuhkan pengorbanan, diperlukan jiwa dan raga yang kuat, yang mampu menyediakan waktu dan tenaga seperti pengorbanan yang dilakukan nelayan-nelayan tersebut, perjuangan demi menyambung hidup guna mencari nafkah bagi dirinya dan keluarganya, seharian dari pagi sampai sore ditemani dengan sinar terik matahari, walau hasil yang didapat tidak seberapa malah lebih banyak sampah yang didapat, namun mereka tetap menjalani kehidupan seperti itu sebagai suatu kewajiban....saya harusnya bisa lebih bersyukur kepada Allah SWT karena saya diberikan pekerjaan yang jauh lebih nyaman, duduk di ruang kerja yang nyaman dan dingin seharian, ketika saya dinas luar kota saya bisa menginap di hotel dengan segala fasilitasnya...hmmm...”ya Allah, berkahilah kami, ridhoi – lah pekerjaan kami semua, hasil yang bermanfaat bagi kami...ya Allah terima kasih....amiiin...”
Saturday, June 14, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment